Mayasari lahir dan di besarkan di lingkungan seniman. Ibunya adalah seorang penyanyi. Beranjak dewasa ia sebenarnya ingin seperti remaja lainnya yang mendapat kasih sayang dari orang tuanya, namun sebaliknya kasih sayang itu hanya sebuah mimpi bagi Mayasari.
Ketika berusia 19 tahun, hidupnya mulai berantakan walaupun Mayasari sukses menjadi seorang penyanyi. Dari satu panggung ke panggung lain, uang pun dapat ia peroleh dengan mudah. Apapun yang ia inginkan pasti akan terpenuhi.
Kasih sayang yang selama ini ia cari ia dapatkan dari para tamu yang sering mengajaknya kencan. Pergaulan bebas menjadi jalan hidupnya.
"Aku merasa nyaman kalau aku berhubungan dengan orang yang lebih dewasa. Aku butuh kasih sayang, apapun akan kukorbankan, asalkan orang itu sayang sama aku," ujar Mayasari kepada Tim Solusi.
Dari hubungan bebasnya itu akhirnya Mayasari hamil, tetapi ia memutuskan untuk melakukan aborsi. Saat berbaring di tempat tidur setelah melakukan aborsi, Mayasari teringat akan masa lalulnya ketika ia masih kecil. Sebuah kenangan pahit yang tidak akan terlupakan sepanjang hidupnya. Dalam kenangannya tergambar sebuah pertengkaran hebat antara ibu dan ayahnya. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat sang ayah menampar wajah ibunya.
Saat itu juga ia menjadi rebutan antara kedua orang tuanya. Ia dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit untuk ukuran seorang anak kecil. Ia diharuskan untuk memilih, ikut ibu atau ikut ayah... Karena ia melihat ayahnya yang menampar ibunya, maka ia memilih untuk ikut bersama sang ibu.
Ternyata pilihannya salah. Beberapa waktu kemudian sang ibu tidak lagi memperhatikan kehidupannya, bahkan ia ditelantarkan dan dititipkan kepada saudaranya. Sejak itulah Mayasari benci sekali kepada ibunya.
Berkali-kali Mayasari mencoba bunuh diri karena kekecewaan yang mendalam akan keluarganya, tetapi selalu saja ia diselamatkan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. "Aku benci sekali dengan hidupku, aku ingin mati saja," ujar Mayasari sambil menangis.
Setelah melakukan aborsi, Mayasari kembali menjalani hidupnya dengan penuh ketidakpastian dan kebimbangan. Kembali ia tengelam dalam nikmatnya shabu-shabu. Sampai pada suatu titik ia benar-benar sudah bosan dengan shabu-shabu karena ia tidak bisa menemukan jalan keluar yang baik bagi hidupnya. Pada suatu malam ia tengah menyaksikan sebuah acara rohani di televisi.
"Dalam acara itu dikatakan ada seseorang pada malam ini sedang mengalami kepahitan yang mendalam kepada orang tuanya," ujar Mayasari. Dan dengan yakin ia percaya pasti orang itu adalah dirinya. Pada saat itu juga tangis Mayasari pun pecah, apalagi pada acara tersebut ada ucapan yang berbunyi, 'Anak-Ku, Aku tidak akan meninggalkanmu menjadi yatim piatu'. Setelah menyaksikan acara tersebut, Mayasari kemudian berdoa kepada Tuhan dan ia juga mengambil langkah iman untuk mengakhiri semua jalan hidupnya yang kelam. Dan ia pun berjanji di hadapan Tuhan untuk bertobat.
Akhirnya Mayasari benar-benar meninggalkan semua kehidupan liarnya dan kembali ke jalan yang benar. Kerinduan terbesar dalam hidup Mayasari adalah memulihkan hubungannya dengan orang tuanya. Beberapa waktu kemudian terjadi pemulihan antara Mayasari dengan ibunya. Mereka saling memafkan dan saling mengampuni. Dan saat ini yang paling Mayasari rindukan adalah bertemu dengan papanya yang sudah meninggalkannya selama 30 tahun.
"Aku menemukan kasih yang sejati, yaitu kasih Tuhan, dan ini yang membuat aku merasa hidup kembali sekarang ini," ujar Mayasari menutup kesaksiannya. (Kisah ini sudah ditayangkan pada 11 Februari 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel)
Sumber kesaksian :Mayasari
Sumber : V081027221355